TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat otomotif Dolly Indra Nasution menilai ada resiko bagi pembalap MotoGP bila berlomba di atas lintasan berkonsep sirkuit jalanan. Menurut dia, sirkuit MotoGP idealnya berkonsep permanen bukan jalanan.
Berbeda dengan balapan mobil Formula One, pembalap motor bila terjatuh memerlukan area yang luas yang tidak dibatasi dengan pagar.
"Kalau di F1 di sirkuit jalanan ada pagar pengaman, di balap motor tidak bisa diberi pengaman," ucap Dolly kepada Tempo, Kamis, 14 Maret 2019.
Oleh sebab itu, Dolly menyatakan, unsur keamanan harus menjadi prioritas utama bagi pembalap. Ia berharap desainer sirkuit dan pengelola memperhatikan hal itu.
Baca: MotoGP di Sirkuit Mandalika, Pengamat Ingatkan Sejumlah Hal
Mantan Sekretaris Jenderal Ikatan Motor Indonesia itu juga meminta agar pembalap motor dilibatkan dalam pembuatan sirkuit.
"Mereka (pengelola) sudah ada masterplan, tapi prinsipnya harus mengikuti standar FIM (federasi motor internasional)," kata dia.
Sirkuit Mandalika bakal menjadi salah satu agenda balapan MotoGP di musim 2021. Sirkuit dengan panjang lintasan 4,32 kilometer itu mempunyai 19 tikungan.
Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pemilik kawasan menggandeng konsultan asing Roadgrip Motorsports UK Ltd dalam proses pembuatan sirkuit.
Baca: MotoGP, Sirkuit Mandalika Siap Dipacu 2021
Roadgrip mempunyai pengalaman mengerjakan Sirkuit Jalan Raya Marina Bay, Singapura dan Sirkuit Red Bull Ring, Austria.
Dolly berharap keberadaan Sirkuit Mandalika tak hanya ditujukan untuk penyelenggaraan MotoGP semata. Ia mengatakan hadirnya sirkuit berstandar internasional mesti bisa dimanfaatkan pembalap nasional untuk berlatih.
"Jangan sampai tidak ada pengembangan untuk pembalap. Pembalap juga perlu latihan," kata dia soal Sirkuit Mandalika dan MotoGP Indonesia.
ADITYA BUDIMAN